Ni Wayan Suri, S.K.M. ’Bidan Delima Terbaik Bali 2005’Mau Nikah asal jangan Dilarang Sekolah


BIDAN Delima merupakan simbol penghargaan tertinggi dalam dunia kebidanan di Indonesia। Yang berhak menerimanya, Bidan Praktik Swasta yang sudah profesional dan mampu memberikan pelayanan berkualitas bagi masyarakat sesuai standar WHO. Di Provinsi Bali predikat ’Bidan Delima Terbaik’ tahun 2005 diraih Ni Wayan Suri, S.K.M., yang juga merupakan Bidan Delima Terbaik Kota Denpasar pada tahun yang sama.
Prestasi ibu yang masih kuliah ini berawal dari anjuran orangtuanya. Anjuran orangtuanya sederhana sekali: ’’Selalu tolonglah sesama’’. Anjuran yang mempunyai makna yang dalam itu membuat Suri, anak pertama dari lima bersaudara pasangan I Made Sanur (alm.) dan Ni Nyoman Bunter, tertarik menjadi pelayan kesehatan msyarakat. Latar belakang orangtuanya yang petani tidak menyurutkan niatnya, malahan membuatnya makin gigih belajar dan terus belajar hingga mendapat beasiswa. Sampai kini pun Ni Wayan Suri masih kuliah D IV di Universitas Tribuwana Tunggal Dewi, Malang.
Ni Wayan Suri tamat SGA (Sekolah Guru Atas) tahun 1963 di Klungkung. Perempuan kelahiran 59 tahun silam ini, tidak dapat langsung melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi karena ada kesulitan beaya. “Pada waktu itu hanya sedikit orang yang berminat untuk masuk sekolah kebidanan. Angkatan saya hanya delapan orang. Padahal semua biaya ditanggung pemerintah dan saya mendapat beasiswa dari UI,” kisahnya membuka kenangan lama. “Baru setahun kemudian saya dapat melanjutkan sekolah, dan tamat tahun 1967 di Sekolah Bidan di Sanglah, Denpasar. Setelah tamat saya diangkat menjadi pegawai negeri. Sejak itu saya terus bergerak di bidang pendidikan dan terus sekolah sampai sekarang,” katanya seraya tertawa.
Kemampuan lebihnya membuat ia mendapat rekomendasi untuk bersekolah di Akademi Perawat di Bandung. “Waktu itu tahun 1968, satu-satunya sekolah Akademi Perawat ada di Bandung. Tetapi sayang saya tidak bisa masuk ke sana, karena persyaratannya harus ada pengalaman kerja minimal dua tahun. Akhirnya saya pindah ke Lampung dan bekerja di sana selama setahun. Dari Lampung saya disekolahkan ke Bandung, setelah tamat balik lagi ke Lampung. Akhirnya saya kembali ke Bali tahun 1973,” kenang Ni Wayan Suri, ibu dari Wayan Arja Susila, S.E. (35), Made Heni Ariani, S.E. (32), Nyoman Feni Indrawan, S.E. (23), dan Ketut Novia Ariani (21) yang masih kuliah D III Kebidanan Panti Wilasa Semarang ini.
Ni Wayan Suri mengakhiri status lajang akhir tahun 1970. Namun, hal itu tidak bisa menghalangi niatnya untuk tetap bersekolah. “Saya mau dinikahkan, asalkan jangan dilarang bersekolah,” tekadnya saat itu. Syarat itu disampaikan ketika calon mertuanya menyarankan mereka untuk menikah. Tak ayal tahun 1979, demi tetap menjaga keharmonisan keluarga, Wayan Suri memboyong seluruh keluarganya pindah ke Jakarta. Selama dua tahun ia kuliah di Universitas Indonesia hingga meraih gelar ‘Sarjana Kesehatan Masyarakat’ (SKM).
Perempuan yang mendapat penghargaan sebagai Bidan Bintang Senior Terbaik Tingkat I Bali Tahun 2002 ini, telah mengantongi surat izin bidan sejak tahun 1979, dan tahun 1989, Surat Izin Praktik pun diperolehnya. Selama membuka praktik di rumahnya di kawasan Sesetan, Denpasar, ia masih tetap kuliah dan menamatkan studinya di Sekolah Kebidanan di Denpasar tahun 2003.
Selama menggeluti profesi kebidanan, nenek empat cucu yang masih getol sekolah ini mengakui banyak mendapat pengalaman menarik. “Yang paling mengesankan ketika saya menangani seorang pasien yang benar-benar menginginkan anak laki-laki. Ibu ini anaknya sudah besar-besar tetapi perempuan semua. Dari beberapa bulan sebelumnya dia sudah berkonsultasi, sampai pada hari kelahirannya tumben saya merasa degdegan seperti ini. Begitu kepala muncul dan akhirnya keluar semua, laki-laki, wah saya sangat terharu sampai menitikkan air mata,” kenangnya dengan mata berkaca-kaca. “Tapi semua itu kembali ke Yang di Atas, saya hanya kepanjangan tangan-Nya,” lanjutnya sambil menyeka air di matanya yang hendak menitik.
Menurut istri Wayan Suwitra ini, terjun ke dunia kebidanan merupakan panggilan hati nurani untuk dapat menolong sesama perempuan. “Motivasi untuk melayani harus ada dari dalam diri, di samping itu juga diuji kesabaran kita, keterampilan, dan kompetensi,” katanya.
Kini Wayan Suri yang dipercaya sebagai direktur Akademi Kebidanan Kartini Bali, demi untuk mengikuti persyaratan dari Depkes, melanjutkan kuliah D IV di Malang. “Saya melanjutkan hanya dua semester lagi. Hari Jumat sampai Minggu saya di Malang, Senin sampai Kamis di Denpasar,” tegasnya

0 komentar:

Posting Komentar

 
Home | Gallery | Tutorials | Freebies | About Us | Contact Us

Copyright © 2009 REFERENSI KEBIDANAN |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net

Usage Rights

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License.This template is free of charge to create a personal blog.You can make changes to the templates to suit your needs.But You must keep the footer links Intact.